KEDIRI – Bank Indonesia (BI) Kediri menunjukkan optimisme terhadap perekonomian kota ini yang terus mengalami penguatan. Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan pada Juli 2024 terhadap 100 responden rumah tangga, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada pada level optimis sebesar 128,17, menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya. Indikator ini mencerminkan kepercayaan konsumen yang tinggi terhadap prospek ekonomi Kediri ke depan.
Ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ekonomi dalam enam bulan mendatang juga tetap kuat, tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang mencapai 150,00 pada Juli 2024, mengalami peningkatan dibandingkan Juni 2024. Peningkatan IEK ini didorong oleh keyakinan masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja dan peningkatan penghasilan di wilayah Kota Kediri. Sejumlah proyek infrastruktur, seperti Tol Kediri-Kertosono dan Tol Kediri-Tulungagung, menjadi faktor utama yang meningkatkan ekspektasi masyarakat terhadap peluang ekonomi di masa depan.
Selain itu, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) juga tetap berada di zona optimis, tercatat sebesar 106,33 pada Juli 2024. Indeks ini menunjukkan bahwa jumlah responden yang menilai ketersediaan lapangan kerja dan konsumsi barang tahan lama (durable goods) tetap kuat. Ketersediaan lapangan kerja, terutama bagi lulusan SMA dan Diploma yang bekerja di sektor informal, mengalami peningkatan. Di sisi lain, keyakinan konsumen untuk melakukan pembelian barang tahan lama seperti perhiasan emas dan perabotan rumah tangga tetap tinggi, didorong oleh fenomena panic buying dan kebutuhan rumah tangga.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa rata-rata proporsi pembayaran cicilan utang (debt income ratio) pada kelompok menengah-bawah mengalami penurunan. Seiring dengan itu, rata-rata proporsi pendapatan yang digunakan untuk konsumsi (average propensity to consume ratio) meningkat dari 73,5% menjadi 74,5%. Sementara itu, proporsi pendapatan yang disimpan (saving to income ratio) menurun dari 14,8% menjadi 13,6%. Data ini mengindikasikan bahwa masyarakat lebih banyak mengalokasikan pendapatan mereka untuk konsumsi daripada untuk menabung atau membayar cicilan, terutama karena faktor libur sekolah dan tahun ajaran baru.
Leave a Reply