SURABAYA – Media sosial tengah dihebohkan oleh isu penarikan iuran keamanan oleh warga setempat terhadap Sekolah Kristen Petra di Surabaya. SMP Kristen Petra 3 dan SMA Kristen Petra 2, yang berlokasi di Jalan Raya Manyar Tirtosari, Kecamatan Sukolilo, diduga diminta membayar iuran keamanan hingga ratusan juta rupiah per bulan.
Isu ini mencuat setelah Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji, melakukan mediasi antara warga dan pihak sekolah. Dalam video yang diunggah Armuji, terlihat perwakilan Sekolah Kristen Petra menolak kenaikan iuran keamanan yang diminta warga, dari Rp25 juta menjadi Rp32 juta per bulan untuk empat RW (04, 05, 06, 07).
Pihak sekolah juga mengungkapkan kecurigaan terkait ketidakvalidan laporan keuangan yang diajukan warga dan adanya ancaman penutupan akses jalan menuju sekolah.
“Selama bertahun-tahun kami selalu mendapat ancaman bahwa jalan akan ditutup. Kami menawarkan Rp100 juta, per RW Rp25 juta. Awalnya sampai Januari, kami membayar Rp32 juta. Setelah adanya kenaikan, kami tidak percaya dengan perhitungan bapak ibu ini,” ungkap perwakilan sekolah.
“Bayangkan, untuk bayar BPJS, tidak langsung ke bapak ibu ini tetapi ke satpam. Setelah kami tanya, ternyata tidak dibayarkan malah digunakan untuk membeli rokok,” tambahnya.
Masalah ini sebenarnya sudah pernah ditangani oleh Komisi C DPRD Surabaya, yang memutuskan untuk membuat rekayasa lalu lintas oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya.
“Awal mula masalah ini adalah kenaikan iuran untuk satpam. Kami memiliki empat satpam yang semua dimasukkan dalam pembendaharaan keamanan, untuk membiayai satpam di sini. Karena sudah hampir lima tahun tidak naik, maka kami menaikkan iuran tersebut,” jelas perwakilan warga.
Warga juga mengeluhkan kemacetan di lingkungan sekitar sekolah saat jam berangkat dan pulang. “Mengenai jalan, kalau Petra tidak mau, silakan buat jalan sendiri di belakang,” imbuhnya.
Hingga saat ini, perselisihan antara warga Perumahan Tompotika dan pihak Sekolah Kristen Petra Surabaya belum terselesaikan.
Leave a Reply