SIDOARJO – Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sidoarjo menggelar aksi memperingati 18 tahun semburan Lumpur Lapindo di tanggul titik 21 Desa Siring, Porong, pada Kamis (29/5/2024). Tragedi ini pertama kali terjadi pada 29 Mei 2006, dan hingga kini masih menyisakan dampak signifikan.
Aksi ini diawali dengan berkumpulnya para mahasiswa di halaman kompleks Perguruan Muhammadiyah Sidoarjo sebelum bergerak menuju lokasi aksi. Setiba di tempat, mereka membentangkan spanduk bertuliskan “Satu Dekade Lebih Berlumpur-lumpur, yang di Atas Lagi Cari Kursi Lapindo Belum Ada Solusi,” sambil menyuarakan aspirasi melalui puisi dan orasi bergantian. Kegiatan ini diakhiri dengan diskusi.
Ketua Umum Pimpinan Cabang IMM Sidoarjo, Thoriqul Aslam, menyatakan bahwa aksi ini bertujuan untuk mengingatkan kembali bahwa Kabupaten Sidoarjo masih menyisakan banyak masalah meski pesat dalam pembangunan. “Harapan kami pasca refleksi ini, pemerintah dan seluruh stakeholder terkait agar lebih memperhatikan isu lingkungan serta tidak melupakan isu lain, termasuk momok tiga periode bupati tersangkut kasus korupsi dan pemerataan pembangunan baik infrastruktur publik maupun pendidikan,” ujar Thoriq.
Ketua Bidang Hikmah Politik dan Kebijakan Publik, Nurul Fuad, menambahkan bahwa aksi ini juga menjadi momentum untuk mengingat masa kelam tragedi yang menenggelamkan sejumlah desa. “Kami berharap dengan adanya kegiatan ini, kami bisa mengundang Plt Bupati Sidoarjo untuk berdiskusi dan duduk bersama kami, membahas arah dan tujuan Kabupaten Sidoarjo ke depannya,” jelasnya.
Dalam aksi tersebut, ada lima poin tuntutan utama yang disuarakan oleh peserta. Pertama, mendorong Pemkab Sidoarjo agar lebih serius menangani dampak lingkungan yang diakibatkan oleh Lumpur Lapindo. Kedua, menetapkan tanggal 29 Mei sebagai peringatan hari tragedi Lumpur Lapindo. Ketiga, melakukan pemerataan pembangunan di Kabupaten Sidoarjo. Keempat, memberikan akses pendidikan yang layak di daerah tertinggal. Dan kelima, memperbaiki tata kelola pelayanan publik agar lebih transparan dan berintegritas.
Aksi ini merupakan upaya mahasiswa untuk memastikan tragedi Lumpur Lapindo tidak dilupakan dan mendorong pemerintah serta masyarakat untuk terus berupaya menangani dampak-dampaknya.
Leave a Reply