Jakarta – Sejumlah aktivis 98 menggelar aksi instalasi untuk memperingati 26 tahun Reformasi dan napak tilas pelanggaran HAM era Orde Baru di Markas Front Penyelamat Reformasi Indonesia, Jalan Diponegoro No. 72, Menteng, Jakarta Pusat. Aksi yang berlangsung selama tiga hari ini menampilkan 2.000 tengkorak dan 1.000-an kuburan secara dramatis, disertai dengan pameran foto yang menggugah.
Mustar Bonaventura, salah satu aktivis 98, menegaskan bahwa kekejaman Orde Baru telah menelan ribuan bahkan ratusan ribu korban. Ia menekankan bahwa peristiwa tersebut tidak boleh dilupakan oleh rakyat Indonesia. Tragedi itu harus menjadi pelajaran bagi generasi penerus yang kini menikmati hasil perjuangan reformasi 26 tahun lalu.
“Jika kita mengumpulkan semua korban, saya yakin ada hingga 500.000 orang. Jika tengkoraknya kita jejerkan, bisa mencapai panjang dari Merak hingga Surabaya. Ini hanya bagian kecil dari betapa kejinya Orde Baru, dan kita tidak boleh melupakan hal ini,” tegas Mustar.
Ia berharap, generasi muda, khususnya milenial dan gen Z, tidak abai terhadap sejarah kelam bangsa Indonesia, meskipun penuh dengan peristiwa tragis seperti penghilangan nyawa secara paksa, pemerkosaan, dan diskriminasi rasial.
“Pada peringatan 26 tahun reformasi ini, kita tidak boleh melupakan sejarah. Generasi muda harus mengetahui peristiwa-peristiwa seperti penembakan misterius yang menewaskan 6.000 orang dan pemerkosaan massal terhadap perempuan Tionghoa,” ungkap Mustar.
Dengan aksi instalasi ini, Mustar berharap seluruh anak bangsa dapat merefleksikan kembali peristiwa kelam tersebut dan menjadikannya sebagai pengingat akan pentingnya menjaga dan menghargai reformasi yang telah dicapai.
“Kami ingin merefleksikan kembali kejadian-kejadian ini pada peringatan 26 tahun reformasi,” tutupnya.
Aksi ini tidak hanya menjadi peringatan akan sejarah kelam Indonesia, tetapi juga sebagai pengingat bagi seluruh rakyat untuk terus memperjuangkan dan menjaga nilai-nilai reformasi yang telah diperoleh dengan susah payah.
Leave a Reply