BOJONEGORO – Kabupaten Bojonegoro, yang dikenal sebagai daerah penghasil minyak dan gas bumi (migas), telah memasuki musim kemarau sejak awal Mei 2024. Menurut Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Tuban, Zem Irianto Padma, musim kemarau di wilayah ini diprediksi akan berlangsung hingga September 2024.
Zem Irianto Padma menjelaskan bahwa curah hujan di Bojonegoro sudah berkurang drastis, dengan angka kurang dari 50 mm per dasarian (sepuluh hari). “Kondisi ini menjadi indikasi bahwa Bojonegoro sudah memasuki musim kemarau,” ujar Zem, Kamis (29/5/2024).
Musim kemarau yang melanda Bojonegoro diperkirakan akan berlangsung selama lima bulan. “Diperkirakan kemarau akan berlangsung hingga September 2024 nanti,” tambah Zem, yang berasal dari Jayapura, Papua.
Lebih lanjut, mantan Kepala Seksi Observasi BMKG Stasiun Meteorologi Juanda ini menyebutkan bahwa puncak musim kemarau di Kabupaten Bojonegoro diperkirakan terjadi pada bulan Agustus 2024. Hal ini menandakan bahwa Bojonegoro akan mengalami periode kering yang cukup panjang, yang tentunya berdampak pada berbagai sektor, terutama pertanian dan ketersediaan air bersih.
Sebagai langkah antisipasi, masyarakat Bojonegoro diimbau untuk mulai mempersiapkan diri menghadapi kemarau panjang ini. Pengelolaan sumber daya air yang bijak dan upaya konservasi air sangat penting untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul akibat musim kemarau ini.
Leave a Reply