BOJONEGORO – Menghadapi musim kemarau tahun 2024, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro telah melakukan pemetaan terhadap daerah-daerah yang berpotensi mengalami kekeringan. Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro, Laela Nor Aeny, menjelaskan bahwa berdasarkan rilis dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), awal musim kemarau dimulai pada Mei lalu.
Laela mengungkapkan bahwa menurut prakiraan BMKG, musim kemarau akan berlangsung hingga September, dengan puncaknya terjadi pada Juli hingga Agustus 2024. Berdasarkan hasil mitigasi, jumlah daerah yang berpotensi mengalami kekeringan tahun ini diperkirakan lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2023, tercatat 118 desa di 24 kecamatan mengalami kekeringan. Namun, pada tahun ini, potensi kekeringan diprediksi hanya akan terjadi di 90 desa di 19 kecamatan.
“Potensi kekeringan di Bojonegoro tahun 2024 ada di 19 kecamatan dengan 90 desa yang terdata per 4 Juni kemarin,” ujar Laela pada Rabu (12/6/2024).
Untuk mengantisipasi puncak kemarau, BPBD Bojonegoro telah mengalokasikan sekitar 300 unit drum tangki dengan kapasitas 500 liter dan 1.000 lembar terpal untuk pendistribusian air bersih kepada warga yang terdampak kekeringan.
“Kami akan mengalokasikan 300 drum plastik berkapasitas 500 liter serta 1.000 terpal untuk pendistribusian air bersih,” jelas Laela.
Mantan Camat Sugihwaras itu juga mengimbau masyarakat untuk mulai berhemat air bersih. Hal ini bertujuan agar masyarakat tidak terkejut ketika nanti air sudah tidak melimpah saat musim kemarau mencapai puncaknya.
“Masyarakat diharapkan mulai berhemat air bersih sejak sekarang agar tidak kaget saat musim kemarau memasuki fase puncak,” tambahnya.
Langkah antisipatif BPBD Bojonegoro ini diharapkan dapat membantu masyarakat mengatasi kekeringan yang kerap menjadi masalah serius setiap musim kemarau.
Leave a Reply