Menu

Mode Gelap

Entertainment · 17 Feb 2025 12:30 WIB ·

Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, Film Terbaru Hanung Bramantyo Tentang Pikiran Lelaki


 Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, Film Terbaru Hanung Bramantyo Tentang Pikiran Lelaki Perbesar

JAKARTA – Sutradara Hanung Bramantyo kembali menghadirkan karya terbarunya, Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, sebuah film adaptasi dari novel karya Puthut EA. Film ini menawarkan eksplorasi mendalam tentang makna waktu dalam perjalanan cinta dan kehidupan.

Kisah Daku: Ketakutan dan Penantian yang Tak Berujung

Film ini mengisahkan perjalanan Daku (Refal Hady), seorang penulis berbakat yang justru terjebak dalam ketakutannya sendiri. Meski pernah memenangkan sayembara sastra Dewan Kesenian Jakarta, kini ia hanya menulis novel pesanan tanpa gairah.

Ketakutan Daku bukan hanya soal karier, tetapi juga hubungannya dengan Nadya (Nadya Arina). Ia enggan menemui ayah kekasihnya karena tekanan untuk menikah. Saat hubungan mereka berakhir, Daku bertemu dengan Anya (Carissa Perusset), seorang perempuan mandiri, dan Sarah (Mira Filzah), dokter asal Malaysia. Namun, ketakutan terus menghantui langkahnya.

Yogyakarta dalam Sentuhan Hanung Bramantyo

Sebagai sutradara yang memahami seluk-beluk Yogyakarta, Hanung menghadirkan atmosfer khas kota budaya ini dengan autentik. Bukan kafe mewah yang menjadi latar, melainkan tempat-tempat sederhana yang mencerminkan “kegayengan” khas Yogyakarta.

Film ini juga menyoroti bagaimana kenyamanan kota ini bisa menjadi pedang bermata dua. Yogyakarta mendamaikan, tetapi juga bisa membuat seseorang terlena. Hal ini tercermin dalam kebiasaan Daku yang bahkan enggan bangun pagi atau memikirkan masa depan.

Perjalanan Pulang: Simbol Sangkar yang Mengurung

Daku kerap kembali ke kampung halamannya di Rembang, tempat kedua orang tuanya (Slamet Rahardjo dan Dewi Irawan) tinggal. Setiap adegan yang berlatar di sana, Hanung mengubah rasio layar menjadi 4:3, seolah menggambarkan ruang yang semakin menyempit, melambangkan bagaimana Daku terperangkap dalam batasan yang ia buat sendiri.

Tragedi yang menimpa Daku dalam perjalanannya membuatnya sadar bahwa “menunggu waktu yang tepat” sering kali hanyalah alasan untuk menghindari kenyataan. Pada akhirnya, ia belajar bahwa alih-alih menunggu waktu yang tepat, lebih baik ia menghadapi hidup dan mengambil kendali atas masa depannya sendiri.

Akting Memukau Para Pemain

Penampilan Refal Hady sebagai Daku mendapat banyak pujian, terutama dalam membawakan transisi emosional yang kompleks. Dewi Irawan dan Slamet Rahardjo juga memberikan performa luar biasa sebagai orang tua yang penuh kasih, memperkaya dinamika emosional dalam film ini.

Meski memiliki beberapa pesan konservatif yang mungkin terasa kurang relevan dengan perspektif modern, Cinta Tak Pernah Tepat Waktu tetap menjadi tontonan yang menyentuh. Film ini menghadirkan refleksi mendalam tentang kehidupan, pilihan, dan bagaimana seseorang memaknai waktu dalam perjalanannya.

Artikel ini telah dibaca 33 kali

badge-check

Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Lainnya

Pemkot Kediri Tindaklanjuti Ekosistem Halal, Cek Lokasi Sembelih Unggas di Pasar Banjaran

4 June 2025 - 18:38 WIB

oktana.co.id

Penguatan Ekosistem Halal, Kolaborasi Pemkot Kediri dan BI Gelar Pelatihan Juleha Unggas

3 June 2025 - 19:44 WIB

oktana.co.id

IAIN Kediri Resmi Berubah Menjadi UIN Syekh Wasil

26 May 2025 - 11:41 WIB

oktana.co.id

Kota Kediri Pesta Gol 6-0 di Laga Perdana Pra Porprov Jatim IX 2025

23 May 2025 - 11:44 WIB

oktana.co.id

Lifter Asal Kediri, Bima Aji Ramadhani Sumbang 1 Perak dan 2 Perunggu di Kejurnas Angkat Besi Senior 2025

19 May 2025 - 11:46 WIB

oktana.co.id

Hari Buku Nasional, Terungkap Penerbit Buku Tertua di Indonesia Berasal dari Kediri

17 May 2025 - 12:10 WIB

oktana.co.id
Trending di Lifestyle