MOJOKERTO – Kekeringan parah masih melanda tiga desa di Kabupaten Mojokerto, yaitu Desa Kunjorowesi dan Manduro Manggung Gajah di Kecamatan Ngoro serta Desa Duyung di Kecamatan Trawas. Bencana kekeringan ini telah menyebabkan sekitar 8.320 orang mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.
Menurut data, kekeringan di Desa Kunjorowesi berdampak pada 1.558 kepala keluarga (KK) atau sekitar 4.937 orang. Sementara itu, di Desa Manduro Manggung Gajah, 597 KK atau sekitar 1.861 orang menghadapi masalah yang sama. Di Desa Duyung, Trawas, krisis air bersih mempengaruhi 483 KK atau sekitar 1.522 orang.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto, Abdul Khakim, menjelaskan bahwa ketiga desa yang mengalami krisis air bersih berada di kaki Gunung Penanggungan. Ketiadaan sumber air di Desa Kunjorowesi dan Manduro Manggung Gajah menjadi penyebab utama kekeringan yang terjadi setiap tahun.
“Selama musim hujan, setiap penduduk menampung air hujan di kolam masing-masing. Sedangkan di desa lain, penduduk mengandalkan sumber air yang debitnya menipis saat musim kemarau,” ujar Khakim pada Jumat (26/07/2024).
Untuk menangani masalah ini, Pemerintah Kabupaten Mojokerto telah menetapkan Status Darurat Siaga Bencana Kekeringan dan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang berlaku sejak 19 Juni hingga 15 November 2024. Selain itu, Pemkab Mojokerto juga mulai melakukan dropping air bersih sejak 1 Juli 2024.
“Setiap hari kami melakukan dropping 10 tangki air, dengan kapasitas 4.000 liter per tangki. Desa Kunjorowesi mendapatkan jatah 4 tangki air bersih per hari, sedangkan Desa Manduro Manggung Gajah dan Desa Duyung masing-masing mendapatkan jatah 3 tangki per hari,” jelas Khakim.
Rencana dropping air bersih akan berlangsung hingga 3 Agustus 2024. “Dropping dilakukan setiap pagi dan siang, dengan total 10 tangki per hari,” tandas Khakim.
Leave a Reply