Sejumlah mahasiswa penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) dari Universitas Brawijaya (UB) Malang menjadi sorotan publik setelah memamerkan gaya hidup mewah di media sosial. Unggahan di akun X @ub_fs memicu reaksi keras dari warganet yang mempertanyakan kelayakan penerima beasiswa yang seharusnya ditujukan untuk mahasiswa tidak mampu secara ekonomi.
Unggahan tersebut mengungkap aktivitas para mahasiswa yang tampak menikmati clubbing, nongkrong di Starbucks, menggunakan gadget MacBook, liburan ke Bali, dan bermain golf—semua kegiatan yang tidak mencerminkan kehidupan mahasiswa yang membutuhkan bantuan finansial dari negara.
Spekulasi mengenai lemahnya seleksi penerima beasiswa KIP-K pun muncul. Banyak yang menduga terjadi pemalsuan data penerima, mengingat mahasiswa penerima beasiswa ini seharusnya mendapatkan bantuan sebesar Rp 950 ribu per bulan karena kondisi ekonomi yang lemah.
Kepala Sub Direktorat Kesejahteraan dan Kewirausahaan Mahasiswa UB, Ilhamuddin, menyatakan pihaknya akan segera memanggil mahasiswa yang bersangkutan. “Kami sudah mengantongi sejumlah nama mahasiswa yang kedapatan bergaya hidup mewah,” ujar Ilhamuddin.
Menanggapi kasus ini, Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (PUSLPADIK) dari Kemdikbudristek langsung melakukan supervisi ke kampus UB. Beberapa langkah segera diambil, termasuk pemanggilan mahasiswa terkait. “Meskipun mereka tidak hadir secara terbuka, pemanggilan ini sudah merupakan bentuk respons yang baik untuk klarifikasi,” tambah Ilhamuddin.
UB juga akan mengevaluasi sistem pengelolaan beasiswa KIP-K dan beasiswa lainnya secara internal. “Prinsipnya, penerima KIP-K adalah mereka yang masuk kategori miskin atau rentan miskin sesuai Persesjen Nomor 13 Tahun 2023,” jelasnya. Data penerima beasiswa terintegrasi dengan Sistem Informasi Indonesia Pintar (SIPINTAR) saat bersekolah di SMA, dan perguruan tinggi harus terus melakukan evaluasi setiap semester.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kewirausahaan Mahasiswa, Setiawan Noerdajasakti, menegaskan pihaknya sudah mengidentifikasi nama-nama mahasiswa yang terlibat berdasarkan laporan di media sosial dan UB-Care. “Jika ditemukan indikasi kecurangan dari penelusuran dan verifikasi data, mahasiswa bersangkutan akan dipanggil untuk konfirmasi dan evaluasi,” tegas Noer.
Kasus ini memicu evaluasi mendalam terhadap proses seleksi dan pengawasan penerima beasiswa untuk memastikan bantuan tepat sasaran dan tidak disalahgunakan.
Leave a Reply