Menu

Mode Gelap

Lifestyle · 29 Apr 2024 19:39 WIB ·

Mengenal Ritual Unan-unan Masyarakat Tengger


 Mengenal Ritual Unan-unan Masyarakat Tengger Perbesar

Di kawasan berbukit yang menawan di Desa Ranupani, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, terdapat sebuah tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad, yaitu Ritual Adat Unan-unan Tengger.

Pada pagi yang cerah tanggal Selasa (23/4/2024), para penduduk dan pemuka adat Suku Tengger berkumpul untuk merayakan momen yang tidak hanya merupakan ungkapan syukur, tetapi juga sebagai wujud menjaga harmoni dengan alam dan leluhur mereka.

Dalam wawancara, Sekretaris Daerah Kabupaten Lumajang, Agus Triyono, dengan hangat menjelaskan makna mendalam di balik tradisi ini.

“Unan-unan yang kami laksanakan di Desa Ranupani adalah cerminan dari rasa syukur yang mendalam. Kami, sebagai bagian dari alam ini, merasa memiliki kewajiban untuk merawatnya. Semoga kita dilindungi dan diberkahi,” ujarnya sambil tersenyum.

Ritual Unan-unan, sebuah warisan leluhur yang diadakan setiap lima tahun sekali, dalam kalender Tengger disebut ‘Landung’, merupakan penanda penting yang terdiri dari 13 bulan, sebuah sistem waktu yang unik yang mencerminkan hubungan khusus mereka dengan alam.

Unan-unan, yang berasal dari kata “Una” yang berarti memperpanjang, tidak hanya sebagai ungkapan syukur, tetapi juga sebagai upaya untuk memperpanjang bulan dalam kalender tradisional Tengger. Ini adalah simbol dari kesatuan mereka dengan alam dan langit.

Sekda Agus Triyono menambahkan bahwa ritual ini adalah bentuk penghormatan kepada leluhur, serta doa agar keberkahan terus mengalir bagi masyarakat Desa Ranupani. Hari puncaknya tidak hanya diisi dengan rasa syukur, tetapi juga dengan ‘sajen’ berupa kepala kerbau yang dihiasi indah, sebagai simbol pengorbanan dan harapan yang mereka bawa.

Para warga Tengger kemudian mengarak ‘ancak’ yang membawa sajen tersebut menuju Sanggar Pamujan, tempat peribadatan yang menjadi pusat ritual. Di sana, doa-doa dipanjatkan, harapan diungkapkan, dan ikatan dengan alam serta leluhur diperkuat.

“Harapan kami adalah kelimpahan rezeki dan keselamatan bagi kita semua, dan untuk generasi mendatang. Semoga kita tetap di bawah lindungan Tuhan dan leluhur kami,” pungkasnya, menutup cerita ini dengan doa yang penuh makna.

Dari Desa Ranupani, sebuah kisah tentang syukur, tradisi, dan hubungan manusia dengan alam telah diceritakan, sebuah cerita yang akan selalu dikenang oleh mereka.

Artikel ini telah dibaca 5 kali

badge-check

Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Lainnya

Terdampak Efisiensi, Kemendikdasmen Pastikan Program Prioritas Berjalan

17 February 2025 - 13:33 WIB

oktana.co.id

Dewa 19: Band Legendaris yang Tetap Berjaya di Industri Musik Indonesia

17 February 2025 - 13:24 WIB

oktana.co.id

Dhito Siap Ikuti Pelantikan dan Retreat di Magelang

17 February 2025 - 13:01 WIB

oktana.co.id

Puthut EA, Penulis di Balik Novel Cinta Tak Pernah Tepat Waktu

17 February 2025 - 12:50 WIB

oktana.co.id

Film Cinta Tak Pernah Tepat Waktu Rilis, Disambut Positif Penonton

17 February 2025 - 12:46 WIB

oktana.co.id

Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, Film Terbaru Hanung Bramantyo Tentang Pikiran Lelaki

17 February 2025 - 12:30 WIB

oktana.co.id
Trending di Entertainment