Santoso, Wali Kota Blitar, menjadi satu-satunya kepala daerah di Indonesia yang pernah merasakan pengalaman mengerikan saat dirampok dan disekap di Rumah Dinasnya pada Selasa lalu. Kejadian tragis ini membuatnya dan sang istri, Feti Wulandari, mengalami ketakutan yang luar biasa.
Santoso dan Feti disekap oleh empat perampok yang menyamar dengan menggunakan mobil berplat merah. Mereka merampok uang tunai sebesar Rp400 juta dan perhiasan milik istri Santoso di rumah dinas tersebut.
“Saya langsung disergap, suruh tengkurap, langsung dilakban mata. Sekilas lihat, kalau wajahnya nggak. Kalau senjata api ke saya tidak. Tapi saya lihat salah satu bawa parang, ke istri saya,” ujar Santoso, masih terlihat tegang dan trauma.
Peristiwa mengerikan itu dimulai saat para perampok menggedor pintu dan melakukan pendobrakan. Mereka langsung menyergap Santoso dan Feti saat mereka sedang tidur. Mulut dan mata Santoso ditutup dengan lakban, dan tangannya diikat dengan kuat.
Para pelaku juga melakukan penyiksaan terhadap Santoso, terus menerus menendangnya dan memaksa dia untuk menunjukkan brankas tempat penyimpanan uang. Namun, Santoso menolak karena tidak memiliki brankas di rumah dinasnya.
“Saat itu dia sempat ngomong kalau tidak segera diberitahukan istri saya mau ditelanjangi. Dia ngancam seperti itu. Jadi saya berfikir bagaimana keselamatan istri saya kalau sampai dia melakukan sesuatu yang nggak baik kan kasihan nanti. Akhirnya silakan diambil di almari itu tas yang saya miliki itu akhirnya diobrak-abrik,” tambahnya.
Selain merampok uang dan perhiasan, para pelaku juga melucuti semua perhiasan yang dikenakan oleh Feti. Setelah melakukan aksi kejam mereka, para pelaku kabur dengan membawa kabur barang-barang curian.
Sementara itu, kelima pelaku perampokan, termasuk mantan Wali Kota Blitar, Samanhudi Anwar, sudah ditangkap oleh Polda Jatim. Tindakan keji ini ternyata direncanakan oleh Samanhudi saat ia menjalani hukuman penjara akibat kasus korupsi.
Kini, semua pelaku telah divonis dan menjalani masa hukuman mereka. Kecelakaan tragis ini tentu saja meninggalkan luka yang mendalam bagi Santoso dan keluarganya. Apakah hal ini akan memengaruhi keputusan Santoso untuk maju kembali di Pilwali Blitar 2024, hanya waktu yang akan menjawabnya.
Leave a Reply