JOMBANG – Setelah libur panjang, sekolah-sekolah mulai melaksanakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) untuk tahun ajaran baru. Salah satunya adalah SDN Sumberaji 02, yang berlokasi di Desa Sumberaji, Kecamatan Kabuh, Jombang, Jawa Timur.
Namun, yang cukup memprihatinkan, SDN Sumberaji 02 hanya menerima satu siswa baru selama pendaftaran. Bocah bernama Rio Agustino menjadi satu-satunya siswa baru yang mendaftar di sekolah yang terletak di tengah hutan itu.
Pada hari pertama sekolah, Senin (15/7/2024), Rio mengikuti upacara yang diadakan di halaman sekolah. Upacara tersebut diikuti oleh seluruh guru dan 10 siswa yang menjadi anak didik di sekolah tersebut. Dari 10 siswa yang ada, sebagian menjadi peserta upacara, sementara sebagian lainnya menjadi petugas upacara.
Kepala SDN Sumberaji 02, Wahyudi, mengungkapkan bahwa sudah dua tahun berturut-turut sekolah ini hanya mendapatkan satu siswa baru. Minimnya jumlah siswa disebabkan oleh lokasi sekolah yang berada di tengah hutan.
“Seluruh siswa ada 10 orang, dan tahun ini hanya mendapatkan satu siswa baru seperti tahun lalu,” kata Wahyudi, Senin (15/7/2024) pagi, setelah memimpin upacara.
Lokasi SDN Sumberaji 02 memang berada di tengah kawasan hutan. Di sekitar kawasan sekolah hanya terdapat sekitar 40 Kepala Keluarga. Sebagian besar penghuni kawasan pemukiman adalah orang tua, sementara warga berusia produktif lebih memilih merantau ke kota besar seperti Surabaya dan Jakarta. Kondisi ini menyebabkan jumlah anak usia sekolah sangat terbatas.
Dalam mengatur proses belajar mengajar, Wahyudi mengatakan bahwa kelas satu, dua, dan tiga dijadikan satu kelas dengan diberi pembatas. Karena jumlah pengajar yang juga terbatas, satu guru merangkap mengajar di tiga kelas.
“Sementara disekat dulu lokasinya untuk belajar dalam satu kelas,” ungkap Wahyudi.
Meskipun jumlah siswa minim, proses belajar mengajar di SDN Sumberaji 02 tetap berjalan baik. Anak-anak tetap mendapat materi pembelajaran sesuai kurikulum yang ada. Dengan situasi ini, para siswa bahkan merasakan pengajaran seperti les privat, di mana mereka berhadapan langsung dengan guru tanpa harus berbagi perhatian dengan banyak siswa lainnya.
Rio Agustino, siswa angkatan tahun 2024/2025, mengaku senang bisa masuk sekolah pada hari pertama. Meskipun tidak memiliki teman satu angkatan, ia tetap bisa bermain dengan teman-teman dari angkatan lain.
“Belajar menulis huruf,” kata Rio. Dia didampingi satu guru secara langsung, mendapatkan pendampingan layaknya anak yang mengikuti les privat.
Dari pantauan di lapangan, seorang guru terlihat telaten mengajari Rio mengenal huruf dan menulis di buku yang sudah dibawanya.
Leave a Reply