BANYUWANGI – Di Desa Adat Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, terdapat ritual khas Suku Osing yang unik, yakni “mepe kasur” atau menjemur kasur. Ritual ini dilaksanakan seminggu menjelang hari raya Iduladha.
Kasur milik warga desa ini memiliki ciri khas dengan warna dwi-warna hitam dan merah. Pada hari pelaksanaan ritual, ratusan kasur tersebut dijemur rapi di sepanjang jalan desa. Selain menjemur, warga juga melantunkan doa dan memercikkan air bunga ke arah kasur, dengan harapan terhindar dari segala penyakit dan marabahaya.
“Kami, warga Osing, percaya bahwa kasur adalah benda yang sangat dekat dengan manusia sehingga wajib dibersihkan agar kotoran yang ada di kasur hilang,” kata Kepala Desa Kemiren, Muhammad Arifin.
Kasur dengan kombinasi warna hitam dan merah (abang-cemeng) ini memiliki filosofi yang dalam. Warna hitam melambangkan tolak bala, sedangkan warna merah melambangkan keabadian rumah tangga. Setiap keluarga di Kemiren pasti memiliki kasur dengan warna ini, karena setiap pengantin baru disiapkan kasur merah-hitam dengan harapan rumah tangga mereka langgeng.
“Setiap keluarga di Kemiren pasti punya. Karena setiap pengantin baru pasti disiapkan kasur merah-hitam dengan harapan rumah tangganya bisa langgeng,” ujar Arifin.
Pada sore hari, setelah kasur-kasur tersebut kembali masuk ke dalam rumah, warga Osing melanjutkan tradisi bersih desa ini dengan arak-arakan barong. Barong diarak dari ujung desa menuju batas akhir desa, kemudian diikuti dengan ziarah ke Makam Buyut Cili yang diyakini sebagai nenek moyang warga setempat.
Puncak acara adalah selamatan Tumpeng Sewu pada malam hari, di mana semua warga mengeluarkan tumpeng khas Suku Osing yang menggunakan lauk pecel pitik, yakni ayam panggang yang dibalut parutan kelapa. Tradisi Mocoan Lontar Yusup juga digelar semalam suntuk sebagai rangkaian ritual tolak bala.
“Ini merupakan wujud syukur kami kepada Tuhan, dan doa agar kami selalu diberi keselamatan dan dihindari dari bala,” ungkap Arifin.
Sementara itu, Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menyatakan bahwa tradisi dan budaya turun-temurun di Banyuwangi terus tumbuh dan berkembang hingga menjadi atraksi wisata yang diminati banyak wisatawan. Banyak travel agent yang kini memasukkan atraksi budaya sebagai salah satu destinasi dalam paket wisata mereka, salah satunya Tumpeng Sewu.
“Kekhasan semacam ini banyak diminati wisatawan. Wisata tradisi ini juga bisa memperpanjang lama tinggal wisatawan di Banyuwangi,” ujarnya.
Leave a Reply