Menu

Mode Gelap

Bisnis · 23 Jul 2024 13:33 WIB ·

Perjuangan Dedek Setia Bangun Kampung Anggrek untuk Wisata


 Perjuangan Dedek Setia Bangun Kampung Anggrek untuk Wisata Perbesar

MALANG – Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Pepatah ini mungkin paling tepat untuk menggambarkan perjalanan Dedek Setia Santoso menjadi pengusaha sukses. Setelah berkali-kali ditolak oleh berbagai perusahaan saat melamar kerja, pria yang akrab disapa Dedek ini akhirnya berhasil merintis DD Orchid Nursery di Desa Dadaprejo, Kota Batu, Jawa Timur. Kebun anggrek miliknya kini memiliki ratusan jenis anggrek dan dilengkapi dengan laboratorium kultur jaringan.

Sebelum menjadi petani anggrek, Dedek mengaku pernah menjalani berbagai pekerjaan serabutan, mulai dari mencari rumput hingga menjadi pekerja katering. Meski sudah lulus kuliah, ia sempat terpuruk karena sering ditolak oleh perusahaan saat melamar pekerjaan.

“Selesai kuliah, karena bukan mahasiswa yang pintar-pintar banget, jadi waktu selesai lulus ngelamar kerja sana sini, ditolak terus, ya mungkin sudah puluhan, hampir ratusan mungkin lamar kerja,” kenangnya.

Melihat peluang dari kegemarannya mengoleksi tanaman, Dedek memutuskan untuk fokus pada hobinya menanam. Pada tahun 2005, ia mulai merawat bunga anggrek dan memulai bisnis budidaya anggrek pada tahun 2007.

“Saya kan punya hobi. Hobi saya nanam, ya nanam buah, nanam bunga. Bunga itu pun juga macam-macam ada anturium, ada bonsai, ada mawar dan bunga-bunga lain. Salah satunya anggrek,” jelasnya.

Dedek memulai usaha dari kebun kecilnya yang hanya berukuran satu kali setengah meter. Ia memilih anggrek untuk dibudidayakan karena harganya cenderung stabil.

“Saat itu harganya Rp25 ribu, waktu itu beli bibit dua botol. Kemudian saya tanam, dulu selesai katering, saya pungut gelas aqua selesai acara-acara di gedung-gedung itu. Saya bawa pulang. Pagi hari cari rumput, terus siangnya istirahat sambil nyuci gelas aqua bekas tadi, buat menanam anggrek,” kata dia.

Merintis usaha bukan perkara mudah. Menurut Dedek, dua tahun pertama adalah tantangan besar. Pertumbuhan anggrek yang lambat membuatnya hanya bisa menambah volume tanaman tanpa menghasilkan penghasilan harian.

“Kalau di awal-awal, memang lambat. Kalau buat kerja itu, belum ada hasilnya. Anggrek ini (tumbuh) sedikit demi sedikit, cuma buat nambah volume aja, tidak bisa buat penghasilan setiap hari. Awalnya seperti itu,” ungkapnya.

Kesabaran Dedek akhirnya membuahkan hasil. Pada tahun 2013, ia mulai merasakan omzet dari budidaya anggreknya. Tahun 2016, ia berani merekrut karyawan tetap, dan saat ini ia mempekerjakan sekitar 30 orang.

Dedek tidak hanya sukses sebagai pengusaha, tetapi juga berhasil membangun kampus wisata anggrek. Kampungnya kini menjadi destinasi baru yang menarik banyak wisatawan, termasuk dari mancanegara.

Keterbatasan lahan dan modal membuat Dedek memutar otak. Ia menggandeng masyarakat sekitar untuk ikut menjadi petani anggrek. Saat ini, lebih dari 100 petani anggrek di Kota Batu telah ia berdayakan.

“Awalnya, kita nyari 25 orang yang mau ikut, yang mau, saya ajarin nanam anggrek, saya kasih bibitnya aja buat pelatihan, saya ajak gabung,” jelasnya.

Kontribusi petani anggrek ini tidak main-main. Dedek dikenal aktif melahirkan jenis anggrek silangan baru. Hingga kini, ia telah mendaftarkan lebih dari 200 jenis anggrek silangan di The Royal Horticulture Society (RHS).

Berkat ketekunannya, Dedek kini bisa meraup omzet kisaran Rp500 juta hingga miliaran. Pemasarannya pun bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga hingga ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Swiss, Belanda, Spanyol, dan Prancis. “Masa covid itu, memang permintaan tanaman luar biasa, bisa tembus sampai Rp2 miliar,” ungkapnya.

Edu Wisata Kampung Anggrek ini dikelola bersama warga sekitar dan Dinas Pariwisata Kota Batu. Pengunjung bisa mendapatkan edukasi seputar dunia anggrek, mulai dari karakter tanaman hingga cara menanam yang benar. Ini juga bertujuan untuk menggeliatkan perekonomian warga sekitar.

“Kita juga punya mes-mes untuk adik-adik magang. Ada tiga tempat untuk adik-adik yang magang baik dari SMK maupun perguruan tinggi jadi yang magang di sini, hampir dari seluruh Indonesia di sini, fasilitas mesnya gratis dan makannya free,” jelasnya.

Menurut Dedek, menjadi wirausaha memang berat dan tidak selalu berhasil. Namun, dengan usaha, keuletan, dan ketelatenan, pasti akan selalu ada jalan menuju keberhasilan.

“Yang penting kita ulet, telaten, kita menyenangi dunia kita atau istilahnya punya passion lah. Kalau saya pikir, orang yang paling beruntung di dunia itu kerja karena hobi,” tukasnya.

Artikel ini telah dibaca 9 kali

badge-check

Penulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Baca Lainnya

Terdampak Efisiensi, Kemendikdasmen Pastikan Program Prioritas Berjalan

17 February 2025 - 13:33 WIB

oktana.co.id

Dewa 19: Band Legendaris yang Tetap Berjaya di Industri Musik Indonesia

17 February 2025 - 13:24 WIB

oktana.co.id

Dhito Siap Ikuti Pelantikan dan Retreat di Magelang

17 February 2025 - 13:01 WIB

oktana.co.id

Puthut EA, Penulis di Balik Novel Cinta Tak Pernah Tepat Waktu

17 February 2025 - 12:50 WIB

oktana.co.id

Film Cinta Tak Pernah Tepat Waktu Rilis, Disambut Positif Penonton

17 February 2025 - 12:46 WIB

oktana.co.id

Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, Film Terbaru Hanung Bramantyo Tentang Pikiran Lelaki

17 February 2025 - 12:30 WIB

oktana.co.id
Trending di Entertainment